Perkembangan Ilmu Baru Tentang
Keperawatan
Calista Roy
Disusun
oleh :
Kelompok
2
1. Achmad Kafi Murden
2. Gloria Nono Sembodo
3. Hendrik Susanto
4. Moh. Agus Setiawan
5. Oza Tri Bagus Prasetya
6. Zahrotul Umi
7. Dewinta Ari Hidayani
8. Eka diah Ratnasari
9. Winny Vidya Izzal Hana
10.
Retno Makhtufir K
11.
Anisa Zulmi Maghfirroh
12.
Ayu Kharisma
13.
Cinta Novita Dewi
14.
Windi Astryan N
15.
Ella Adellia Elgi F
PEMERINTAH
KABUPATEN LUMAJANG
AKADEMI
KEPERAWATAN
LUMAJANG
TAHUN
AJARAN 2012-2013
KATA
PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena atas
bimbingan,petunjuk serta kemudahan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Perkembangan Ilmu Baru Tentang
Ilmu Keperawatan Calista Roy ini dengan lancar.
Pembuatan
makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas OSPEK AKPER Lumajang angkatan
15 tahun 2012 ini, sehingga dapat tercapainya standar kelulusan OSPEK yang
maksimal.
Penulis
juga mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep dan
pemikiran dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Nurul
Hayati, S.Kep.Ners., MM selaku direktur AKPER Lumajang
2. Para
dosen AKPER Lumajang
3. Serta
para panitia OSPEK dan kakak-kakak BEM
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis sangat
mengharapkan saran, kritik, dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini.
Lumajang, 30-08-2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................ii
Bab
1 Pendahuluan
1.1 Latar
belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan............
...................................................................................1
1.3 Batasan
masalah................................................................................
2
1.4 Rumusan
masalah..............................................................................2
1.5 Hipotesis............................................................................................2
Bab 2 Kajian Pustaka
2.1
Kajian pustaka...................................................................................2
Bab 3 Metode penelitian
3.1
Subyek penelitian.............................................................................14
3.2
Metode pengumpulan data...............................................................14
3.3
Analisis data.....................................................................................14
Bab 4 Pembahasan
4.1
Pembahasan......................................................................................15
Bab 5 Penutup
5.1
Kesimpulan.......................................................................................17
5.2
Saran.................................................................................................17
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Dalam keperawatan terdapat model
konseptual yang dapat memungkinkan perawat untuk menerapkan cara bagaimana
perawat itu bekerja dalam batas-batas kewenangan sebagai seorang perawat.
Perawat perlu memahami konsep ini sebagai dasar konsep dalam memberikan ilmu
dan praktek keperawatan atau sebagai ilmu dalam dunia pendidikan dan kerangka
kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual
keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya
adalah model adaptasi Calista Roy . dalam teorinya menjelaskan empat macam
elemen penting dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi calista roy menguraikan bahwa bagaimana seorang individu
mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara
adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki
sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
1.2
Rumusan Masalah
1.Apa pengertian model keperawatan
Calista Roy?
2.Bagaimana konsep dasar
model keperawatan Calista Roy?
3.Apa kelebihan dan
kelemahan konsep dan teori model praktek Calista Roy
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan konsep dasar
model Calista Roy
2. Mengetaui kelebihan dan kelemahan konsep dan
teori model praktek Calista Roy
1.3 Manfaat
Makalah ini memberikan banyak penjelasan
tentang konsep model keperawatan Calista Roy. Dimana konsep model Calista Roy
merupakan konsep dasar yang berperan penting dalam penerapan serta praktik ilmu
keperawatan.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembahasan
Model Konseptual
Callista Roy
Model konseptual
merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus
adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia,
kesehatan dan lingkungan.Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat
elemen esensial menurut Roy:
Ø Keperawatan
Menurut Roy
keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Keperawatan
sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan
proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan
pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan
meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model
adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan
dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan
perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi
manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara
yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan
keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan
adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak
efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi
seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
Ø Manusia.
Menurut Roy
manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif manusia
digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control,
output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam
istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa
tujuan.
Ø Kesehatan
Kesehatan
didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat
dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model
keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang
adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan lingkungan
ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan perubahan
dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme
koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Ø Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada
di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai
suatu sistem yang adaptif.
3.5.2 TEORI
PENEGASAN
Dalam teorinya
sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
· Fungsi
atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
· Efektor,
mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran
dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya
terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang
telah disebutkan.
a. Mode
Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi
berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan
kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang
terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks
terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi
: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi
: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984
dalam Roy 1991).
3. Eliminasi
: Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4.
Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat
yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/
perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The
sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan
dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya
inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi
syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral
dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984
dalam Roy, 1991).
9. Fungsi
endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas
endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
b. Mode Konsep Diri
Mode konsep diri
berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial
dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan
the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana
seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran
tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu
berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri
orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal
yang berat dalam area ini.
c. Mode
fungsi peran
Mode fungsi
peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan
orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya .
d. Mode
Interdependensi
Mode
interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi
yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya.
Ketergantungan
ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian
ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.
Output dari
manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon
yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon
yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses
umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi
atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon
yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ
endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.
3.6 Teori Calista Roy
Model konsep
adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini
dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di
bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia
adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi
dengan lingkungan.
2. Manusia
menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
3. Setiap
orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi.
Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif
maupun negatif.
4. Kemampuan
adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat
dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
Dalam asuhan
keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan adalah
individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai “Holistic
adaptif syste dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah
Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk
beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991
), dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy
mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus
residual.
a) Stimulus
fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera,
misalnya infeksi .
b) Stimulus
kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan
secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi
sosial.
c) Stimulus
residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada
tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi
ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol
seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan. Mekanisme
kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem
regulator
Subsistem
regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output. Input stimulus
berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,
neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan
spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator
subsistem.
b) Subsistem
kognator
Stimulus untuk
subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari
regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator
subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam
memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi
berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan
mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan)
dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari
suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara subyektif
dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif
dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat
bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon
yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah
menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol seseorang
sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan
secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap
bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti
penggunaan antiseptik untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu
Keperawatan yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan
Kognator dan mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami
konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan dengan model
adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang
dimilikinya diantaranya:
a. Manusia
sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.
b. Untuk
mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi
sesuai dengan perubahan yang terjadi.
c. Terdapat
tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:
o Focal
stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
o Kontekstual
stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan
observasi, diukur secara subjektif.
o Residual
stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar
dilakukan observasi.
d. System
adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
o Fungsi
fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
o Konsep
diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.
o Fungsi
peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan
orang lain.
o Interdependent
merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta
yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu
maupun kelompok.
e. Dalam
proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
o Pemenuhan
kebutuhan fisiologis dasar
o Pengembangan
konsep diri positif
o Penampilan
peran sosial
o Pencapaian
keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat
menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien dan
mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut
Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia
(individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan
bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, komunitas
atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang
holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang
konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara system dan lingkungan.
Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan
internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan
intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan
bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia
dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia
didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model
adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup,
terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling
berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan
dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar
yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini
adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa
dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu :
subsistem regulator dan subsistem kognator.
2. Keperawatan
Keperawatan
adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan dasar dan
diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan
bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan
empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input
tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan
koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal
adalah suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang
masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh individu. Stimulus
residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul releva
dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep
sehat
Roy
mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan
tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses
dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan,
fisik, mental dan social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh
kemampuan individu untuk memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan
reproduksi.
Sakit adalah
suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap rangsangan
yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat
individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi
(koping) tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan
mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia,
budaya dan lain-lain.
4. Konsep
lingkungan
Roy
mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku
seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu
ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh
individu (berupa pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses
stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat
dari lingkungan sekitar.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
a) Pengkajian
Roy
merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian tahap I
dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan
masing-masing mode adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian
perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara
sistematik dan holistic.
Setelah
pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien tentang
ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat.
Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan
pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang
stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak terhadap klien. Menurut
Martinez, factor yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic; jenis
kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi
peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea
fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
b) Perumusan
diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan
3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
· Menggunakan
tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode
adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith
adalah “hypoxia”.
· Menggunakan
diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan
berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka
diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot
jantung berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas”.
· Menyimpulkan
perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang
sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada,
dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang
sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik
(myocardial) untuk bekerja di cuaca yang panas”
c) Intervensi
keperawatan
Intervensi
keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah ataumemanipulasi
stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada
kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan
adaptasi meningkat.
Tujuan
intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat
menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi
stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi
keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal,
kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang
pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi
meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian
terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada
perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu.
3.7 Kelebihan
dan Kelemahan Teori Callista Roy
Roy
mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat
mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi
para perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki
kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan
dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model
adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien
terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran
dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang
dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga
diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan
dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat
mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress
pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu
untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah
terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses
adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara
merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai
perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.
Kesimpulan
Konsep
keperawayan Calista Roy merupakan konsep artikulasi yang baik dari seseorang
sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam
mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan
kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam
menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya
tentang individu (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi
holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan
suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini
individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan
proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Subyek penelitian
Penilis
menggunakan siswa SMA 1 Kencong, khususnya siswa kelas XII IPA 4 sebagai subyek
penelitian dalam makalah ini.
3.2 Metode pengumpulan data
Metode
pengumpulan data dalam makalah ini, penulis menggunakan metode wawancara.
3.3 Analisis data
Analisis data
yang digunakan penulis adalah diskriptif kualitatif agar memudahkan para para
pembaca untuk memehami makna dan isi yang terkandung dalam makalah ini.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Setelah
dilakukan wawancara terhadap siswa-siswi kelas XII IPA 4, ternyata ditemukan
beberapa spekulasi jawaban tentang rumusan masalah yang diungkapkan penulis dan
akan penulis jelaskan dengan penjelasan berikut:
Era globalisasi
ini bergerak cepat menembus batas antar negara dan memengaruhi kehidupan
negara, maka dari itu penting untuk membentengi dan menjaga budaya daerah agar
tidak terkontaminasi oleh budaya asing, apalagi budaya daerah merupakan aset
terpenting bagi bangsa yang harus dipertahankan dan dijaga kelestariannya.
Budaya daerah tumbuh di sekitar masyarakat dan menjadikannya suatu ciri khas.
Kita sebagai generasi muda patut untuk menjadi pewaris kebudayaan daerah agar
budaya daerah dapat terus dikembangkan dan tidak mengalami kepunahan.
Budaya daerah
erat kaitannya dengan seninya. Cara mengembangkan budaya daerah dikalangan
remaja, khususnya remaja sekolah bisa dilakukan dengan cara mengadakan
pengajaran dan pembelajaran tentang seni dan budaya daerah bangsa kita ini.
Sehingga para remaja akan dikenalkan tentang seni dan budaya-budaya daerah yang
terdapat pada bangsa Indonesia. Belum cukup hanya itu saja, di sekolah-sekolah
perlu diadakan ekstra kulikuler budaya atau seni dan prektik-praktik dalam
penerapan seni dan budaya. Misalnya membatik, anyam, tari, karawitan dan banyak
lagi lainnya. Dengan demikian selain seorang siswa bertambah pengetahuannya,
mereka juga dapat mempraktikkan dan sekaligus mempelajari budaya daerah
tersebut. Itu merupakan langkah yang
sangat baik dalam mengembangkan budaya daerah di kalangan remaja.
Budaya asing yang masuk keindonesia
menyebabkan multi efek. Budaya Indonesia perlahan-lahan semakin
punah. Berbagai iklan yang mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks
modern dan tidak tradisional sehingga memunculkan banyaknya kepentingan para
individu yang mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain. Akibatnya
terjadi sifat individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya
kesehariannya. Budaya daerah juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari, namun
hal tersebut tidak tercermin dalam pribadi remaja sekarang ini.Salah satu
contoh Serdehana sesuai dengan kenyataan, Dari cara berpakaian banyak remaja-
remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat.
Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh
yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas
tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tidak ketinggalan, gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Mereka lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi
identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan
mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Jika pengaruh
di atas dibiarkan, dapat membawa dampak bagi Indonesia. Dampak masuknya budaya
asing antara lain. terjadi perubahan kebudayaan, pembauran kebudayaan,
modernisasi, keguncangan budaya, melemahnya nilai-nilai budaya bangsa. Dampak
tersebut membawa pengaruh besar bagi Indonesia, baik dari segi postif, maupun
negatif. Indonesia, masih terlalu lemah dalam menyaring budaya yang baik di
ambil dengan yang tidak.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masuknya budaya asing ke suatu negara
sebenarnya merupakan hal yang wajar, asalkan budaya tersebut sesuai dengan
kepribadian bangsa namun kita harus tetap menjaga agar budaya kita tidak
luntur.
untuk mengantisipasinya adalah antara
lain dengan cara, Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal
semangat mencintai produk dalam negeri, Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai
Pancasila dengan sebaik- baiknya, Melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-
baiknya dan selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,
ekonomi, sosial budaya bangsa. Sebagai identitas bangsa, budaya lokal harus
terus dijaga keaslian maupun kepemilikannya agar tidak dapat diakui oleh negara
lain. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan budaya asing masuk asalkan
sesuai dengan kepribadian negara karena suatu negara juga membutuhkan
input-input dari negara lain yang akan berpengaruh terhadap perkembangan di
negaranya.
5.2 Saran
1.Sebaiknya para remaja sebagai perlu
menyada peran dan tanggung jawabnya untuk melestarikan, merawat, menjaga,
mempelajari kebudaya daerah serta mengamalkannya dalam pola hidup dan sikap
sehari-hari.
2.sebaiknya kita hanya mangambil
nilai-nilai positif saja terhadap
perkembangan budaya asing dan sebagai warga Indonesia kita semua wajib
membanggakan apa saja yang sudah menjadi budaya kita sendiri, jangan sampai
melupakan budaya lama dengan sudah menemukan budaya baru.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Budiman. 1998. Penuntun Pelajaran Seni Budaya. Ganexa
Exact: Bandung.
Kusududiarjo, Bagong. 1981. Tentang Budaya. Nur Cahaya: Yogyakarta.
www.wikipedia.org. Seni Budaya Indonesia.
Dwidiyanti M. Aplikasi model
konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy
Adaptation Model: The Definitive Statement, California: Appleton & Large.
1991.
Ann Marriner Tomey &
Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work. 1998: Mosby
erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar